Untuk pertama kalinya dalam 148 tahun, Wimbledon tanpa hakim garis.

Penulis:LIVESCORE138 Waktu Terbit:2025-07-04 Kategori: news

## Era Baru Wimbledon: Hilangnya Hakim Garis dan Sentuhan ManusiawiWimbledon, turnamen tenis tertua dan paling prestisius di dunia, memasuki era baru di tahun ini.

Untuk pertama kalinya dalam 148 tahun, Wimbledon tanpa hakim garis.

Setelah 148 tahun setia dengan tradisi, untuk pertama kalinya, Wimbledon tidak lagi menampilkan sosok hakim garis di pinggir lapangan.

Keputusan ini, yang menggantikan peran manusia dengan sistem *Electronic Line Calling* (ELC), memicu perdebatan sengit di kalangan penggemar dan pelaku tenis.

Hakim garis, selama ini, telah menjadi “bagian dari perabotan” Wimbledon.

Sosok mereka, dengan seragam rapi dan mata jeli, adalah pemandangan yang tak terpisahkan dari atmosfer ikonik All England Lawn Tennis and Croquet Club.

Namun, di era teknologi yang serba canggih, efisiensi dan akurasi menjadi prioritas utama.

ELC, dengan sensor dan kamera berpresisi tinggi, diklaim mampu memberikan keputusan yang lebih akurat dan instan dibandingkan mata manusia.

Keputusan ini tentu saja memiliki dampak yang signifikan.

Secara statistik, ELC memang terbukti lebih akurat.

Sistem ini mampu mendeteksi posisi bola dengan presisi milimeter, meminimalisir potensi kesalahan manusia yang bisa merugikan pemain.

Namun, di balik akurasi yang dingin, ada sesuatu yang hilang: sentuhan manusiawi.

“Ini menghilangkan sisi kemanusiaan dari turnamen,” ujar seorang penggemar setia Wimbledon yang saya temui di luar lapangan Centre Court.

Pendapat ini bukan tanpa dasar.

Hakim garis bukan hanya sekadar pengambil keputusan.

Mereka adalah bagian dari teater tenis, dengan emosi dan reaksi mereka yang kadang kala memicu drama dan ketegangan.

Interaksi antara pemain dan hakim garis, meskipun terkadang kontroversial, adalah bumbu yang menambah cita rasa pertandingan.

Bayangkan momen-momen krusial di mana seorang pemain melayangkan protes dengan nada tinggi, menantang keputusan hakim garis.

Atau saat seorang hakim garis dengan sigap melompat menghindari bola liar yang meluncur deras.

Momen-momen seperti inilah yang membuat tenis menjadi lebih dari sekadar olahraga; ia adalah pertunjukan emosi dan interaksi manusia.

Namun, di sisi lain, ELC menawarkan keadilan yang lebih terjamin.

Tidak ada lagi ruang untuk bias atau interpretasi subjektif.

Setiap keputusan didasarkan pada data dan algoritma yang objektif.

Ini tentu saja menguntungkan pemain, terutama di era tenis yang semakin kompetitif.

Sebagai seorang jurnalis olahraga, saya melihat keputusan ini sebagai sebuah evolusi yang tak terhindarkan.

Teknologi akan terus memainkan peran yang semakin besar dalam olahraga, dan tenis tidak terkecuali.

Namun, penting untuk diingat bahwa olahraga bukan hanya tentang statistik dan efisiensi.

Ia juga tentang emosi, interaksi, dan sentuhan manusiawi.

Akankah Wimbledon tetap sama tanpa hakim garis?

Waktu yang akan menjawab.

Namun, satu hal yang pasti: hilangnya mereka meninggalkan sebuah kekosongan, sebuah nostalgia akan era tenis yang mungkin tidak akan pernah kembali.

Kita hanya bisa berharap bahwa inovasi teknologi tidak akan menghilangkan esensi dari olahraga yang kita cintai ini.